Senin, 12 Desember 2011

MADU


MADU, “si Manis” yang berkhasiat
Ada yang belum tahu apa itu madu?? Hmmmm...
                Madu merupakan jenis makanan yang dikenal di seluruh dunia, sejak zaman dulu. Konon orang Mesir Kuno menggunakan campuran madu untuk ramuan mengawetkan jasad manusia yang telah meninggal untuk diawetkan/disimpan. Bahkan pada masa itu, setoples madu merupakan pajangan diruang tamu sebagai lambang kemakmuran sebuah keluarga. Di zaman modern saat ini, madu pun telah menjadi suatu komoditi yang amat populer. Di toko-toko P & D dapat kita temukan berbagai merk madu yang diimpor dari manca negara.
                Madu merupakan substansi yang tercipta secara alamiah, melalui kerja keras lebah pekerja yang tanpa lelah dari hari ke hari mengumpulkan nektar-nektar dari segala macam bunga. Melalui suatu proses yang disebut inesi, maka kandungan dalam nektar ini diubah menjadi levulosa dan dekstrosa. Kebanyakan jenis madu hutan akan mengalami pembutiran sehingga menyerupai kristal-kristal yang tersimpan di dalam sarang, kecuali jenis-jenis tertentu yang kandungan levulosa lebih besar biasanya tetap encer.
Madu sebagai makanan??
                Madu terdiri atas berbagai jenis. Aroma dan rasanya pun jelas berbeda satu sama lainnya. Hal itu terjadi bergantung pada daerah di mana lebah itu mengumpulkan madu dan pada jenis bunga yang berada di daerah tersebut. Perbedaan jenis flora inilah yang menimbulkan keragaman jenis madu yang ada di berbagai tempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya semua jenis madu itu memiliki kualitas yang sama baiknya, selama kemurnian madu tersebut masih tetap terjamin.
Ada beberapa keuntungan dari madu sebagai makanan, antara lain:
·         Madu memiliki zat-zat gizi yang cukup lengkap
·         Mudah dicerna atau nyaris tanpa ampas
·         Praktis dan cepat diolah oleh tubuh menjadi energi yang diperlukan
Dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti gula pasir dan sebagainya, maka madu lebih cocok untuk mereka yang sedang menjalani diet. Berdasarkan fenomena ini, masyarakat Barat lebih memilih madu sebagai pemanis dibanding dengan gula pasir biasa.
Dengan demikian, kurang tepat juga jika madu terlalu dimitoskan sebagai makanan yang teramat istimewa. Konsentrasi protein, lemak dan mineral-mineralnya minim. Dengan demikian maka kontribusi gizinya tidak seberapa, terkecuali kalorinya dalam bentuk karbohidrat. Jumlah kandungan gizi substansial dalam madu tidak lebih istimewa dari yang dapat ditemukan dalam sayuran. Misalnya kadar zat besi sebesar 0,8 mg dalam 5 sendok makan madu adalah sama dengan semangkuk air wortel. Keistimewaan sebenarnya lebih banyak pada kandungan kalori dan fruktosa.
Namun dipihak lain, fruktosa dalam jumlah yang terlampau besar cenderung meningkatkan lemak dalam darah. Sementara glukosa juga pemanis utama dalam madu, bisa tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh.
Oleh sebab itu, meskipun madu adalah pemanis yang lezat, namun tak seharusnya terlalu disanjung-sanjung untuk mutu nutrisi yang sebenarnya tidak dimilikinya.
Madu sebagai bahan terapis??? Wooow...
                Hipocrates merupakan seorang yang menganjurkan campuran madu, air dan beberapa substansi ramuan obat lainnya yang berguna menurunkan demam. Begitu pula orang-orang Amerika pertama (perintis) yang baru datang ke AS dari daratan Eropa, biasa menggunakan madu untuk mengobati luka bakar dan borok. Selain itu juga, madu digunakan sebagai antiseptik pada permukaan luka, baik luka terpotong atau tergores.